Pages

Jumat, 07 Maret 2014

Fakta tentang Evan Dimas Dharmono

6 fakta yang wajib diketahui tentang Evan Dimas :

 
1. Satu-satunya Alumni Nike The Chance 2012
Ya, Evan Dimas adalah satu-satunya Alumni Nike The Chance 2012 yang tampil di Piala AFF U-19

Agak sedikit disayangkan memang di Piala AFF U-19 2013 ini Evan tak bisa bereuni untuk beradu kolektivitas tim bersama alumni Nike The Chance 2012. Ya tak ada Rahmat Che Hashim di tubuh tim Malaysia, Napapon Sripratheep di kubu Thailand, serta Muhammad Faris Bin Ramli dari tim Singapora di Piala AFF ini.

Absennya ketiga pesaing Evan yang sama-sama berangkat ke Barcelona dan dilatih Pep Guardiola itu bisa dimaklumi. Sebab, mereka memang sudah melampaui usia 19 tahun. Rahmat 24 tahun, Faris 20 tahun dan Napapon 19 tahun lewat.

Memang, saat terpilih mewakili Asia Tenggara tahun lalu tersebut, Evan termuda ketimbang rekan-rekannya itu. Dia saat itu baru menginjak usia 17 tahun.

2. Pilih Sebelah Kanan Lapangan

Ada hal yang menarik saat coin toast antar kapten di tiap laga Indonesia selama Piala AFF U-19 ini. Jika koin pilihannya keluar, maka Evan akan lebih memilih tempat ketimbang bola. Sang kapten Garuda Jaya ini akan lebih memilih sisi kanan lapangan dan menyerang ke kiri.

Entah apa yang diucapkan Evan pada wasit dan kapten lawan jika ia kalah adu koin. Namun yang pasti, dari tujuh kick off babak pertamanya di Piala AFF U-19 2013 lalu, Indonesia selalu menyerang dari sisi kanan tribun utama stadion ke kiri.

Ditanya apakah ia punya mitos tersendiri akan hal itu, Evan hanya tertawa sembari menjawab, "Soalnya lebih enak sebelah situ, Mas."

3. Tiga Gelar Untuk Timnas Dalam Tiga Tahun
Evan bergabung dengan Timnas U-17 besutan Indra Sjafri sejak penghujung 2011 lalu. Baru beberapa bulan bergabung, Evan yang saat itu juga menjadi kapten langsung angkat trofi pertamanya di HKFA International Youth Football Invitation Tournament Hongkong pada Januari 2012.

Gelar kedua juga diraihnya bersama Indra pada Februari 2013 di even yang sama. Kali ini bersama Timnas U-19, Evan mampu mempertahankan gelar juara HKFA tersebut.

Piala AFF U-19 2013 akhirnya menjadi gelar ketiga bagi Evan di Timnas. Bukan hanya mengakhiri puasa gelar Indonesia, gelar ini memiliki arti tersendiri bagi Evan dan Timnas U-19. Baginya ini adalah gelar pertama di depan publik sendiri.

"Kami akhirnya bisa membuktikan kalau dukungan penonton di Indonesia bukanlah beban. Juara HKFA memang indah karena kami mempertahankan, tapi angkat piala di hadapan penonton di tanah air sendiri lebih indah," ujar Evan.

4. Hanya Berjaya di Turnamen Level Timnas

Yup, fakta keempat ini memang seolah menjadi misteri bagi Evan Dimas. Kepiawaiannya menggocek bola dan menendang yang berakhir dengan tiga gelar Timnas serta pemenang Nike The Chance Asia Tenggara 2012 ternyata tak berimbas kepada klub yang ia bela. Tim yang Evan bela penuh malah selalu gagal di tiap turnamen.

Pada Porprov Jatim III tahun 2011, evan mewakili tim Surabaya gagal menembus final. Timnya hanya mampu finish sebagai juara ketiga pada even yang saat itu digelar di Kediri.

Setahun berselang, Evan gagal membawa tim PON Jatim berjaya di PON Riau lalu. Meski diperkuat pemain yang saat itu membela Timnas U-23 macam Fandi Eko Utomo, Bima Ragil, dan Dany Saputra, Jatim yang notabene juara bertahan harus rela tak lolos ke babak semifinal.

Untuk level kompetisi amatir, Evan memang memperoleh gelar juara pada kompetisi antar klub internal PSSI Surabaya bersama Mitra Surabaya 2012 lalu. Namun saat itu ia hanya sedikit sekali tampil. Evan harus absen membela Mitra karena kesibukannya di tiga tim sekaligus, yakni Timnas U-17, PON Jatim dan Surabaya Muda. Di tim terakhir itu, Evan gagal membawa timnya menjadi juara kompetisi Divisi III Amatir PSSI 2012.

Meredupnya Evan bersama tim di luar Timnas itu juga lah yang mungkin membuat nasibnya tak kunjung disahkan di Persebaya Surabaya. Semoga alinea terakhir ini hanya hipotesis dan kemungkinan. Ya, semoga!

5. Solikin Adalah Soulmate
Di kalangan intern Persebaya Surabaya, Evan dan Misbakhus Solikin kerap kali dijuluki pasangan tak terpisahkan. Evan pun mengakuinya kalau dia dan Solikin bukan hanya sahabat, namun sudah seperti saudara sendiri.

Pulang pergi latihan Persebaya, Evan selalu bareng Solikin. Menginap di mes Karang Gayam pun keduanya memilih sekamar. Saat Timnas U-19 training center (TC) di Yogyakarta, Evan menyempatkan diri menyambangi hotel tempat Persebaya menginap. Yang dicari pertama adalah, Solikin.

"Mereka itu seperti pacaran. Jangankan pulang pergi latihan, atau lari bareng saat latihan, salah jadwal latihan pun Evan dan Solikin juga barengan," ujar mantan pelatih Persebaya, Ibnu Grahan, sambil tertawa.

"Selain sama-sama gelandang, saya dan Solikin sudah nyetel sejak Porprov. Lalu kita ketemu lagi di Surabaya Muda sampai akhirnya Persebaya," beber Evan tentang sahabatnya.

Di tubuh Timnas U-19 Evan mengaku punya banyak soulmate. Mulai Mukhlis Hadi Ning Syaifulloh, Dio Permana yang tak tercantum untuk Piala AFF, hingga yang baru bergabung Hansamu Yama Pranata. "Mungkin sama-sama bahasa Jawa, jadi lebih nyambung," terang Evan.

6. Antara Nomor 6 dan 19

Ada dua nomor punggung favorit yang digunakan Evan di Timnas. Yakni nomor 19 dan yang digunakannya di Piala AFF U-19 lalu, dan nomor punggung 6.

Nomor 19 sebelumnya kerap digunakan Evan di HKFA Hongkong serta beberapa laga ujicoba Timnas sebelumnya. Di saat entry name untuk Piala AFF ia kemudian mengubah nomornya dan memilih nomor 6. Perubahan tersebut ternyata bukan kehendak official Timnas. Melainkan pilihan Evan karena alasan nomor milik idolanya.

Menurut Evan, nomor 19 itu adalah nomor dari idolanya di Timnas senior. Sedangkan nomor 6 adalah nomor Timnas idolanya dari luar negeri. Yakni, si gelandang Spanyol, Andres Iniesta. "Di Indonesia idola saya Ahmad Bustomi, kalau luar saya suka Iniesta. Saya belajar banyak dari permainan keduanya," aku Evan.

'Kecelakaan' kecil pernah terjadi dengan nomor 19. Bonek pernah protes kepada manajemen Persebaya Surabaya karena Evan menggunakan nomor tersebut saat latihan perdana bersama klubnya itu. Sebab nomor 19 sudah dikeramatkan demi menghormati almarhum Eri Irianto. Meski saat itu, manajemen yang lalai karena masih saja pesan nomor 19 di jerseynya, Evan tetap meminta maaf.

"Kalau saya, nomor sih sembarang saja. Dikasih nomor berapa pun di Persebaya nanti, saya siap," kata Evan saat itu.

Di latihan Persebaya Evan pun kemudian mengenakan nomor seadanya. Kadang 27 kadang pula nomor 32. Maklum sampai saat ini statusnya tak kunjung jua disahkan sebagai pemain profesional oleh PSSI.